Minggu, 03 Maret 2013

Endometriosis

 ENDOMETRIOSIS

2.1 Pengertian Endometriosis
            Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan di luar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometrium ditemukan di tempat-tempat sebagai berikut : 1) ovarium; 2) peritonium dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi; dinding belakana uterus, tuba Fallopi, plika vesikouterina, ligamentum rotundum dan sigmoid; 3) septum rektovaginal; 4) kanalis inguinalis; 5) apendiks; 6) umbilikus; 7) serviks uteri, vagina, kandung kemih, vulva, perineum; 8) parut laparotomi; 9) kelenjar limfe.
 (Sarwono, Ilmu Kandungan).
Pembagian Endometriosis :
a.       Endometriosis eksterna (endometriosis) adalah implantasi jaringan endometrium di luar kavum uteri.
b.      Endometriosis interna (adenomiosis) adalah implantasi jaringan endometrium di dalam otot rahim.
( Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan).
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang menyerupai endometrium ditemukan diluar cavum uteri, terutama dirongga panggul. (UNPAD Bandung).
Kata endometriosis berasal dari kata endometrium. Arti endometriosis sendiri secara klinis adalah jaringan endometrium yang terdapat di luar kavum uteri seperti di organ-organ genitalia interna, vesika urinaria, usus, peritoneum, paru, umbilikus, bahkan dapat dijumpai di mata dan di otak. ("http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Endometriosis&oldid=4846546")
Di tempat yang salah ini, lesi-lesi endometriosis tersebut tetap saja dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, dan mengalami perubahan siklik seperti endometrium. Sebagian wanita yang mengalami endometriosis akan merasakan nyeri haid yang hebat, karena darah haid tersebut tidak dapat keluar melalui jalan yang semestinya seperti kanalis servikalis dan vagina.

2.2 Etiologi Endometriosis
            Terjadinya penyebaran endometrium ke berbagai tempat dapat dijelaskan dengan beberapa teori sebagai berikut :
1.      Teori regurgitasi Sampson.
Teori yang dikemukakan oleh Sampson (1927) ini menyebutkan bahwa biasanya darah haid keluar dari kavum uteri melalui vagina, namun kadang-kadang darah haid mengalir dari kavum uteri melalui tuba Fallopii ke kavum peritoneum, dan berimplantasi pada permukaan peritoneum. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis. Pada wanita dengan polimenorea dan pada wanita yang darah haidnya tidak dapat keluar (stenosis serviks) melalui vagina, angka kejadian endometriosis relatif tinggi.
2.      Teori metaplasia Meyer.
Pada teori ini dikemukakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium.
3.      Faktor Genetik dan Imunologik.
Faktor genetik dan imunologik (Dmowski dan teman-teman) sangat
berperan terhadap timbulnya endometriosis dengan ditemukannya penurunan imunitas seluler pada jaringan endometrium wanita yang menderita endometriosis. Pada cairan peritoneum wanita dengan endometriosis ditemukan aktivitas makrofag yang meningkat. Penurunan aktivitas natural killer cells dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan mengaktifkan jaringan endometriosis, dan penurunan sistem imunologik tubuh akan menyebabkan jaringan endometriosis terus tumbuh tanpa hambatan.
Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia di atas 30 tahun.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang Negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian ialah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya endometriosis.
Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada :
1.      Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis.
2.      Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang.
3.      Wanita yang mengalami menarke (menstruasi pertama) terjadi lebih awal.
4.      Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari atau lebih.
5.      Wanita yang mengalami orgasme ketika menstruasi.
4.      Penyebaran secara limfogen dari Halban.
-          Sel endometrium masuk ke sirkulasi aliran limfa dan menyebar pada beberapa tempat.
-          Sel hidup dan mendapat rangsangan estrogen dan progesteron  dalam proses siklus menstruasi.
5.      Penyebaran mengikuti aliran darah.
6.      Penempelan kembali sel endometrium.
-          Dapat menerangkan tumbuh kembangnya sel endometrium pada bekas operasi SC atau sekitar uterus.
-          Bekas irisan operasi episiotomi.
     Dengan mengikuti pengaruh rangsangan estrogen dan progesteron, maka di tempat implantasi endometrium terjadi timbunan darah dan sel endometrium, menyebabkan pendesakan dan menimbulkan rasa nyeri sesuai dengan fase menstruasi.
     Sebagian besar sarang-sarang endometriosis berdarah secara periodik. Perdarahan yang periodik ini menyebabkan rekasi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.


2.3 Keluhan dan Gejala Klinis Endometriosis
                 Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis endometrium dalam bentuk:
a.       Dishmenorea.
Merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat. Sebab dari dishmenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid.
b.      Dispareunia (nyeri saat hubungan seksual).
Meruapakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.
c.       Nyeri saat defekasi.
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.
Endometriosis kandung kemih jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid.
d.      Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu. Perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea (menoragia). Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.
e.       Infertilitas
Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubun kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah ± separuh dari wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum, spermatozoa dan tempat konsepsi serta gangguan saat melakukan penangkapan ovum karena perlekatan.

2.4 Penegakan Diagnosis Endometriosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala (anamnesis) dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium:
Pemeriksaan lain :
  1. Laparoskopi.
  2. Biopsi endometrium.
  3. USG rahim.
  4. Barium enema.
  5. CT scan atau MRI perut.

2.5 Penanganan Endometriosis
            Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.
a.       Pencegahan.
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan  pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
Endometriosis adalah penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen dalam darah. Makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan kacang-kacangan, dapat menurungkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah.
b.      Pengawasan.
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif. Harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri.
c.       Terapi Hormonal.
Endometriosis dikatakan terkait dengan estrogen sebab perkembangan dan simtoma yang ditimbulkan akan hilang seiring datangnya menopause, oleh karena itu perawatan paling umum bagi penderita radang ini adalah penggunaan terapi hormonal yang menginduksi kondisi hipoestrogenik. Estrogen merupakan kelompok hormon steroid yang disekresi ovarium setelah distimulasi oleh FSH dan/atau LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Lebih lanjut sekresi FSH dan LH dihambat oleh hormon GnRH yang disekresi oleh hipotalamus.
Pengobatan tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan beratnya penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium adalah pil KB kombinasi, progestin, danazole dan agonis GnRH. Agonis GnRH adalah zat yang pada mulanya merangsang pelepasan hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis, tetapi setelah diberikan lebih dari beberapa minggu akan menekan pelepasan gonadotropin.
d.      Pada endometriosis sedang atau berat mungkin perlu dilakukan pembedahan. Endometriosis diangkat sebanyak mungkin, yang seringkali dilakukan pada prosedur laparoskopi. Pembedahan biasanya dilakukan pada kasus berikut:
-          Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari 3,8-5 cm.
-          Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul.
-          Jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba.
-          Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
-          Untuk membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atau sinar laser. Tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara, karena endometriosis sering berulang.
-          Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi.
-          Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
e.       Radiasi
Pengobatan ini yang bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

2.6 Sikap Bidan Dalam Menegakkan Diagnosis
Menegakkan diagnosis endometriosis agak sukar karena tidak terdapat gejala klinis yang khas, di samping tidak semuanya memberikan gejala. Bidan dapat menduga kemungkinan endometriosis berdasarkan:
1.      Terdapat gejala klinis.
2.      Pada pemeriksaan dijumpai tumor dengan batas yang tidak jelas, sulit membedakan uterus dengan jaringan sekitarnya.
3.      Keluhan infertilitas.
Bila bidan menegakkan dengan keadaan tersebut dapat melakukan atau mengambil sikap dengan melakukan konsultasi ke puskesmas, merujuk penderita ke dokter ahli, atau merujuk ke rumah sakit.




DAFTAR PUSTAKA
Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com.

Prawirohardjo,Sarwono . 2008. Ilmu Kandungan . Jakarta : YBPSP.

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC.


0 komentar:

Posting Komentar