ENDOMETRIOSIS
2.1
Pengertian Endometriosis
Endometriosis
adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat
di luar kavum uteri dan di luar miometrium. Menurut urutan yang tersering
endometrium ditemukan di tempat-tempat sebagai berikut : 1) ovarium; 2)
peritonium dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi; dinding belakana
uterus, tuba Fallopi, plika vesikouterina, ligamentum rotundum dan sigmoid; 3)
septum rektovaginal; 4) kanalis inguinalis; 5) apendiks; 6) umbilikus; 7)
serviks uteri, vagina, kandung kemih, vulva, perineum; 8) parut laparotomi; 9)
kelenjar limfe.
(Sarwono, Ilmu Kandungan).
Pembagian
Endometriosis :
a.
Endometriosis eksterna (endometriosis)
adalah implantasi jaringan endometrium di luar kavum uteri.
b.
Endometriosis interna (adenomiosis)
adalah implantasi jaringan endometrium di dalam otot rahim.
( Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan).
Endometriosis
adalah suatu keadaan dimana jaringan yang menyerupai endometrium ditemukan
diluar cavum uteri, terutama dirongga panggul. (UNPAD Bandung).
Kata
endometriosis berasal dari kata endometrium. Arti endometriosis sendiri secara
klinis adalah jaringan endometrium yang terdapat di luar kavum uteri seperti di
organ-organ genitalia interna, vesika urinaria, usus, peritoneum, paru,
umbilikus, bahkan dapat dijumpai di mata dan di otak. ("http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Endometriosis&oldid=4846546")
Di tempat
yang salah ini, lesi-lesi endometriosis tersebut tetap saja dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron, dan mengalami perubahan siklik seperti
endometrium. Sebagian wanita yang mengalami endometriosis akan merasakan nyeri
haid yang hebat, karena darah haid tersebut tidak dapat keluar melalui jalan
yang semestinya seperti kanalis servikalis dan vagina.
2.2 Etiologi
Endometriosis
Terjadinya
penyebaran endometrium ke berbagai tempat dapat dijelaskan dengan beberapa
teori sebagai berikut :
1. Teori
regurgitasi Sampson.
Teori yang
dikemukakan oleh Sampson (1927) ini menyebutkan bahwa biasanya darah haid keluar
dari kavum uteri melalui vagina, namun kadang-kadang darah haid mengalir dari
kavum uteri melalui tuba Fallopii ke kavum peritoneum, dan berimplantasi pada
permukaan peritoneum. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-sel
endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian
dapat mengadakan implantasi di pelvis. Pada wanita dengan polimenorea dan pada
wanita yang darah haidnya tidak dapat keluar (stenosis serviks) melalui vagina,
angka kejadian endometriosis relatif tinggi.
2. Teori
metaplasia Meyer.
Pada teori ini dikemukakan bahwa endometriosis terjadi
karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat
mempertahankan hidupnya di daerah pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan
metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium.
3.
Faktor Genetik dan Imunologik.
Faktor genetik dan imunologik (Dmowski dan
teman-teman) sangat
berperan terhadap timbulnya endometriosis dengan
ditemukannya penurunan imunitas seluler pada jaringan endometrium wanita yang
menderita endometriosis. Pada cairan peritoneum wanita dengan endometriosis
ditemukan aktivitas makrofag yang meningkat. Penurunan aktivitas natural killer
cells dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit. Makrofag akan mengaktifkan
jaringan endometriosis, dan penurunan sistem imunologik tubuh akan menyebabkan
jaringan endometriosis terus tumbuh tanpa hambatan.
Endometriosis bisa diturunkan dan
lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara
perempuan). Faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya endometriosis
adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia di atas
30 tahun.
Endometriosis jarang didapatkan pada
orang-orang Negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan
sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian ialah bahwa endometriosis lebih
sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak
mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus
tanpa diselingi oleh kehamilan, memegang peranan dalam terjadinya
endometriosis.
Resiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada :
1.
Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita
endometriosis.
2.
Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang.
4.
Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari
atau lebih.
4.
Penyebaran secara limfogen dari Halban.
-
Sel endometrium masuk ke sirkulasi aliran limfa dan
menyebar pada beberapa tempat.
-
Sel hidup dan mendapat rangsangan estrogen dan progesteron dalam proses siklus menstruasi.
5.
Penyebaran mengikuti aliran darah.
6.
Penempelan kembali sel endometrium.
-
Dapat menerangkan tumbuh kembangnya sel endometrium
pada bekas operasi SC atau sekitar uterus.
-
Bekas irisan operasi episiotomi.
Dengan mengikuti pengaruh rangsangan
estrogen dan progesteron, maka di tempat implantasi endometrium terjadi
timbunan darah dan sel endometrium, menyebabkan pendesakan dan menimbulkan rasa
nyeri sesuai dengan fase menstruasi.
Sebagian besar sarang-sarang endometriosis
berdarah secara periodik. Perdarahan yang periodik ini menyebabkan rekasi
jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.
2.3 Keluhan
dan Gejala Klinis Endometriosis
Gejala
klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan progesteron
sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis endometrium dalam bentuk:
a. Dishmenorea.
Merupakan
rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat. Sebab dari
dishmenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin ada hubungannya dengan
vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan
semasa haid.
b. Dispareunia
(nyeri saat hubungan seksual).
Meruapakan
gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karena adanya endometriosis di
kavum Douglasi.
c. Nyeri saat
defekasi.
Defekasi
yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena adanya
endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis
dari lumen usus besar tersebut.
Endometriosis
kandung kemih jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan
hematuria pada waktu haid.
d. Gangguan
haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada
ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu. Perubahan
menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea (menoragia). Jaringan
endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa
membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut
tajam yang timbul secara tiba-tiba.
e. Infertilitas
Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dengan
endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubun kemungkinan untuk hamil
pada wanita dengan endometriosis ialah ± separuh dari wanita biasa. Faktor
penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis ialah apabila
mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya
sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum, spermatozoa dan tempat konsepsi
serta gangguan saat melakukan penangkapan ovum karena perlekatan.
2.4 Penegakan Diagnosis Endometriosis
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala (anamnesis) dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang seringkali ditemukan
di dinding belakang vagina atau di
daerah ovarium:
Pemeriksaan lain :
- Laparoskopi.
- Biopsi endometrium.
- USG rahim.
- Barium enema.
- CT scan atau MRI perut.
2.5 Penanganan Endometriosis
Penanganan
endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi.
a. Pencegahan.
Meigs
berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk
endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada
waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama,
dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya mendapat anak-anak yang
diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya
merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari
terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan
melakukan pemeriksaan yang kasar atau
melakukan kerokan pada waktu haid, karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya
darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
Endometriosis
adalah penyakit yang berkaitan dengan hormon estrogen dalam darah. Makanan yang
mengandung fitoestrogen, seperti kacang kedelai, sayuran hijau dan
kacang-kacangan, dapat menurungkan tingkat sirkulasi dari estrogen dalam darah
dan tampaknya akan melindungi kita dari penyakit-penyakit seperti endometriosis
dan kanker indung telur. Sedang makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan
meningkatkan konsentrasi estrogen dalam darah.
b. Pengawasan.
Pengobatan
ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala dan kelainan
fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa
dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis
hilang sendiri. Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang
tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang
ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan,
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih
aktif. Harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti
perkembangan penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatif. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika
untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Terapi Hormonal.
Endometriosis
dikatakan terkait dengan estrogen sebab perkembangan dan simtoma yang
ditimbulkan akan hilang seiring datangnya menopause, oleh
karena itu perawatan paling umum bagi penderita radang ini adalah penggunaan
terapi hormonal yang menginduksi kondisi hipoestrogenik. Estrogen merupakan
kelompok hormon steroid yang disekresi ovarium setelah
distimulasi oleh FSH dan/atau LH yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis. Lebih
lanjut sekresi FSH dan LH dihambat oleh hormon GnRH yang
disekresi oleh hipotalamus.
Pengobatan
tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan beratnya
penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat
pertumbuhan jaringan endometrium adalah pil KB kombinasi, progestin, danazole dan agonis GnRH. Agonis
GnRH adalah zat yang pada mulanya merangsang pelepasan hormon gonadotropin dari
kelenjar hipofisis, tetapi
setelah diberikan lebih dari beberapa minggu akan menekan pelepasan gonadotropin.
d. Pada
endometriosis sedang atau berat mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Endometriosis diangkat sebanyak mungkin, yang seringkali dilakukan pada
prosedur laparoskopi. Pembedahan biasanya dilakukan pada kasus berikut:
-
Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang
lebih besar dari 3,8-5 cm.
-
Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau
panggul.
-
Jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua
tuba.
-
Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau
panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
-
Untuk membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atau sinar laser. Tetapi pembedahan hanya merupakan
tindakan sementara, karena endometriosis sering berulang.
-
Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut
atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada
rencana untuk hamil lagi.
-
Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi
bisa dimulai segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang
tersisa masih banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.
e. Radiasi
Pengobatan
ini yang bertujuan menghentikan fungsi ovarium tidak dilakukan lagi, kecuali
jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.
2.6 Sikap Bidan Dalam Menegakkan Diagnosis
Menegakkan
diagnosis endometriosis agak sukar karena tidak terdapat gejala klinis yang
khas, di samping tidak semuanya memberikan gejala. Bidan dapat menduga
kemungkinan endometriosis berdasarkan:
1. Terdapat
gejala klinis.
2. Pada
pemeriksaan dijumpai tumor dengan batas yang tidak jelas, sulit membedakan
uterus dengan jaringan sekitarnya.
3. Keluhan
infertilitas.
Bila bidan menegakkan dengan keadaan tersebut dapat
melakukan atau mengambil sikap dengan melakukan konsultasi ke puskesmas,
merujuk penderita ke dokter ahli, atau merujuk ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Diyoyen.2009.
Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com.
Prawirohardjo,Sarwono
. 2008. Ilmu Kandungan . Jakarta : YBPSP.
Manuaba. 1998.
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC.
______. 2001.
Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar