Hiperemesis Gravidarum Kondisi di Awal Kehamilan yang
Tak Boleh Diabaikan
IST
Beberapa waktu lalu,
Kate Middleton menjalani perawatan rumah sakit karena mengalami morning
sickness yang akut pada kehamilannya. Ini pula yang disebut dengan Hiperemesis
Gravidarum.
Apa sesungguhnya Hiperemesis Gravidarum? Hiperemesis Gravidarum adalah suatu kondisi di mana terjadi mual dan muntah berlebihan pada ibu hamil sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Menurut hasil penelitian terbaru, morning sickness atau hyperemesis gravidarum mempengaruhi sekitar satu persen dari total jumlah wanita hamil. Kondisi ini umumnya terjadi pada awal kehamilan hingga usia
kehamilan enam bulan.
Menurut National Institutes of Health, biasanya, morning sickness ini tidak menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan anak.
Namun para ahli mengungkapkan hal ini dapat menyebabkan dehidrasi parah dan menempatkan ibu serta bayinya berisiko kehilangan atau kekurangan nutrisi penting.
Gejala lain yang mungkin timbul termasuk tekanan darah rendah, denyut jantung yang cepat, sakit kepala, lesu, kelelahan, kebingungan dan calon ibu merasa sangat tidak sehat.
Ibu hamil ini cenderung tidak bisa makan dan minum yang membuat berat badannya menurun. Untuk itu perawatan di rumah sakit sangat penting karena tanpa infus dan cairan yang masuk bisa menyebabkan dehidrasi parah.
"Diagnosis diberikan ketika perempuan tidak bisa menerima makanan atau cairan karena muntah terus menerus, agar kondisinya tidak memburuk dan untuk menjaga nutrisi di tubuh mereka harus dirawat di rumah sakit," ujar konsultan obstetri, Daghni Rajasingam dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, seperti dikutip dari Daily Mail.
Rajasingam menuturkan kondisi tersebut diperkirakan akibat peningkatan kadar HCG (Human Chorionic Gonadotropin) atau hormon kehamilan yang bertambah setelah proses pembuahan.
Berikut ini tiga risiko kesehatan yang terkait dengan morning sickness berat, seperti dikutip situs LiveScience.
1. Kelahiran prematur
Sebuah studi terhadap lebih dari 81.000 wanita menemukan bahwa mereka yang mengalami mual dan muntah selama kehamilan yang mengganggu kehidupan mereka, sebanyak 23 persen lebih mungkin untuk melahirkan bayi sebelum 34 minggu, dibandingkan dengan perempuan yang mengatakan morning sickness mereka tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas.
2. Risiko gangguan psikologis pada anak-anak
Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu menemukan anak yang lahir dari ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum sekitar 3,5 kali lebih mungkin untuk memiliki masalah perilaku atau emosional, sepertikecemasan, depresi atau gangguan bipolar ketika mereka dewasa,dibandingkan dengan anak dari ibu tanpa gangguan tersebut.
Ibu dalam penelitian mengatakan mereka telah kehilangan setidaknya 5 persen dari berat badan ketika mengalami hiperemesis gravidarum. Para peneliti berspekulasi bahwa stres dan kecemasan selama kehamilan, serta gizi buruk, dapat mempengaruhi perkembangan otak janin.
3. Gangguan otak
Seorang wanita hamil berusia 25 tahun di India mengalami kondisi otak yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke setelah tiga bulan muntah,yang mengakibatkan penurunan berat badan. Demikian laporan yang diterbitkan pada Mei lalu di Journal of the Association of Physicians of India.
Perempuan itu mengalami kehilangan penglihatan dan masalah dengan keseimbangan dan berjalan. Sebuah pemindaian di otaknya menunjukkan perubahan yang konsisten dengan gangguan.
Ensefalopati Wernicke disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 (tiamin), menurut National Institutes of Health. Pasien dapat mengalami kebingungan, masalah dengan koordinasi otot dan perubahan visi. (san/R-2)
Tidak Memicu Keguguran
Sebuah penelitian belum lama ini menyatakan bahwa perempuan yang terganggu dengan morning sickness atau mual dan muntah-muntah pada awal kehamilan, kecil kemungkinannya mengalami keguguran.
Namun perempuan yang tidak mengalami mual dan muntah selama trimester pertama kehamilan mereka tidak perlu cemas, kata Dr. Ronna L. Chan dari The University of North Carolina di Chapel Hill.
"Tidak semua wanita hamil yang tak mengalami masalah pada kehamilannya mengalami mual dan muntah di awal kehamilan atau sepanjang kehamilan. Selain itu, gejala kehamilan dapat bervariasi dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya, bahkan untuk wanita yang sama," ujarnya.
Untuk mengetahui hubungan antara morning sickness dengan risiko keguguran, Chan dan koleganya mengamati tidak hanya ada atau tidaknya gejala ini, tetapi berapa lama gejala ini berlangsung, di lebih dari 2.400 perempuan yang tinggal di tiga kota AS.
"Studi kami memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya, karena kami merekrut wanita yang baru saja hamil atau ketika mereka mencoba untuk hamil, sehingga kami bisa mengamati mereka selama kehamilan dan mengumpulkan data mengenai waktu serta kejadian mual dan muntah sejak awal," jelasnya.
89 persen wanita memiliki beberapa tingkatan morning sickness, sedangkan 53 persen mengalami muntah serta mual. 11 persen wanita mengalami keguguran sebelum memasuki pekan ke-20 kehamilan.
Hubungan ini sangat kuat untuk wanita yang berusia lebih tua. Bagi perempuan berusia di bawah 25 yang tidak mengalami morning sickness memiliki kemungkinan empat kali lipat keguguran dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka yang mengalami mual dan muntah, sedangkan risiko keguguran meningkat hampir 12 kali lipat untuk wanita berusia 35 atau lebih yang tidak mengeluhkan morning sickness.
"Dan semakin lama seorang wanita memiliki gejala ini, semakin rendah pula risiko kegugurannya,” ujarnya peneliti. Keterkaitan ini kuat terutama pada wanita yang berusia lebih tua. Perempuan berusia 35 atau lebih yang mengeluhkan morning sickness setidaknya selama separuh masa kehamilan mereka, memiliki kemungkinan 80 persen lebih rendah untuk keguguran dibandingkan dengan perempuan di kelompok umur yang sama yang tidak memiliki gejala ini.
"Beberapa kondisi mual dan muntah selama kehamilan adalah mekanisme untuk membantu meningkatkan kualitas makanan wanita hamil atau cara untuk mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya dari ibu dalam upaya untuk melindungi janin," jelasnya.(san/R-2)
Sejumlah Cara Meringankan Morning Sickness
Pengobatan yang diberikan untuk morning sickness atau hyperemesis gravidarum bisa dengan memberikan suntikan antikoagulan heparin untuk memberikan perlindungan terhadap pembekuan darah yang dipicu
dehidrasi, suplementasi vitamin B, serta infus salin intravena.
Jika ibu hamil mendapatkan penanganan yang tepat hingga kondisinya stabil, maka risiko kesehatan yang mungkin dialami bayi dan ibu hamil akan semakin kecil. Selain itu ada beberapa cara untuk meringankan morning sickness yang dilansir dari Goodtoknow berikut ini.
1. Makanlah dalam jumlah kecil, namun sering.
2. Minumlah cukup air mineral atau jus, dan hindari meminum minuman yang mudah membuat Anda merasa dehidrasi, seperti kopi atau alkohol.
3. Jangan tunda rasa lapar. Kalau malam hari Anda merasa lapar, makanlah biskuit atau kue kecil untuk camilan. Ingat, ibu hamil tidak disarankan berdiet. Jadi selama hamil, Anda tidak perlu takut ngemildi malam hari jika lapar.
4. Cukup beristirahat akan membuat stamina tubuh Anda terjaga, dan otomatis akan menekan perasaan mual.
5. Konsumsilah suplemen vitamin B6 dan B12, karena baik untuk menjaga kesehatan tubuh ibu hamil.
6. Udara segar akan membuat Anda merasa lebih baik, jadi disaat waktu luang atau akhir pekan, sebaiknya pergilah ke tempat-tempat yang berudara sejuk untuk membuat Anda lebih santai. (san/R-2)
Apa sesungguhnya Hiperemesis Gravidarum? Hiperemesis Gravidarum adalah suatu kondisi di mana terjadi mual dan muntah berlebihan pada ibu hamil sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk.
Menurut hasil penelitian terbaru, morning sickness atau hyperemesis gravidarum mempengaruhi sekitar satu persen dari total jumlah wanita hamil. Kondisi ini umumnya terjadi pada awal kehamilan hingga usia
kehamilan enam bulan.
Menurut National Institutes of Health, biasanya, morning sickness ini tidak menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan anak.
Namun para ahli mengungkapkan hal ini dapat menyebabkan dehidrasi parah dan menempatkan ibu serta bayinya berisiko kehilangan atau kekurangan nutrisi penting.
Gejala lain yang mungkin timbul termasuk tekanan darah rendah, denyut jantung yang cepat, sakit kepala, lesu, kelelahan, kebingungan dan calon ibu merasa sangat tidak sehat.
Ibu hamil ini cenderung tidak bisa makan dan minum yang membuat berat badannya menurun. Untuk itu perawatan di rumah sakit sangat penting karena tanpa infus dan cairan yang masuk bisa menyebabkan dehidrasi parah.
"Diagnosis diberikan ketika perempuan tidak bisa menerima makanan atau cairan karena muntah terus menerus, agar kondisinya tidak memburuk dan untuk menjaga nutrisi di tubuh mereka harus dirawat di rumah sakit," ujar konsultan obstetri, Daghni Rajasingam dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, seperti dikutip dari Daily Mail.
Rajasingam menuturkan kondisi tersebut diperkirakan akibat peningkatan kadar HCG (Human Chorionic Gonadotropin) atau hormon kehamilan yang bertambah setelah proses pembuahan.
Berikut ini tiga risiko kesehatan yang terkait dengan morning sickness berat, seperti dikutip situs LiveScience.
1. Kelahiran prematur
Sebuah studi terhadap lebih dari 81.000 wanita menemukan bahwa mereka yang mengalami mual dan muntah selama kehamilan yang mengganggu kehidupan mereka, sebanyak 23 persen lebih mungkin untuk melahirkan bayi sebelum 34 minggu, dibandingkan dengan perempuan yang mengatakan morning sickness mereka tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas.
2. Risiko gangguan psikologis pada anak-anak
Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu menemukan anak yang lahir dari ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum sekitar 3,5 kali lebih mungkin untuk memiliki masalah perilaku atau emosional, sepertikecemasan, depresi atau gangguan bipolar ketika mereka dewasa,dibandingkan dengan anak dari ibu tanpa gangguan tersebut.
Ibu dalam penelitian mengatakan mereka telah kehilangan setidaknya 5 persen dari berat badan ketika mengalami hiperemesis gravidarum. Para peneliti berspekulasi bahwa stres dan kecemasan selama kehamilan, serta gizi buruk, dapat mempengaruhi perkembangan otak janin.
3. Gangguan otak
Seorang wanita hamil berusia 25 tahun di India mengalami kondisi otak yang dikenal sebagai ensefalopati Wernicke setelah tiga bulan muntah,yang mengakibatkan penurunan berat badan. Demikian laporan yang diterbitkan pada Mei lalu di Journal of the Association of Physicians of India.
Perempuan itu mengalami kehilangan penglihatan dan masalah dengan keseimbangan dan berjalan. Sebuah pemindaian di otaknya menunjukkan perubahan yang konsisten dengan gangguan.
Ensefalopati Wernicke disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 (tiamin), menurut National Institutes of Health. Pasien dapat mengalami kebingungan, masalah dengan koordinasi otot dan perubahan visi. (san/R-2)
Tidak Memicu Keguguran
Sebuah penelitian belum lama ini menyatakan bahwa perempuan yang terganggu dengan morning sickness atau mual dan muntah-muntah pada awal kehamilan, kecil kemungkinannya mengalami keguguran.
Namun perempuan yang tidak mengalami mual dan muntah selama trimester pertama kehamilan mereka tidak perlu cemas, kata Dr. Ronna L. Chan dari The University of North Carolina di Chapel Hill.
"Tidak semua wanita hamil yang tak mengalami masalah pada kehamilannya mengalami mual dan muntah di awal kehamilan atau sepanjang kehamilan. Selain itu, gejala kehamilan dapat bervariasi dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya, bahkan untuk wanita yang sama," ujarnya.
Untuk mengetahui hubungan antara morning sickness dengan risiko keguguran, Chan dan koleganya mengamati tidak hanya ada atau tidaknya gejala ini, tetapi berapa lama gejala ini berlangsung, di lebih dari 2.400 perempuan yang tinggal di tiga kota AS.
"Studi kami memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya, karena kami merekrut wanita yang baru saja hamil atau ketika mereka mencoba untuk hamil, sehingga kami bisa mengamati mereka selama kehamilan dan mengumpulkan data mengenai waktu serta kejadian mual dan muntah sejak awal," jelasnya.
89 persen wanita memiliki beberapa tingkatan morning sickness, sedangkan 53 persen mengalami muntah serta mual. 11 persen wanita mengalami keguguran sebelum memasuki pekan ke-20 kehamilan.
Hubungan ini sangat kuat untuk wanita yang berusia lebih tua. Bagi perempuan berusia di bawah 25 yang tidak mengalami morning sickness memiliki kemungkinan empat kali lipat keguguran dibandingkan dengan
rekan-rekan mereka yang mengalami mual dan muntah, sedangkan risiko keguguran meningkat hampir 12 kali lipat untuk wanita berusia 35 atau lebih yang tidak mengeluhkan morning sickness.
"Dan semakin lama seorang wanita memiliki gejala ini, semakin rendah pula risiko kegugurannya,” ujarnya peneliti. Keterkaitan ini kuat terutama pada wanita yang berusia lebih tua. Perempuan berusia 35 atau lebih yang mengeluhkan morning sickness setidaknya selama separuh masa kehamilan mereka, memiliki kemungkinan 80 persen lebih rendah untuk keguguran dibandingkan dengan perempuan di kelompok umur yang sama yang tidak memiliki gejala ini.
"Beberapa kondisi mual dan muntah selama kehamilan adalah mekanisme untuk membantu meningkatkan kualitas makanan wanita hamil atau cara untuk mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya dari ibu dalam upaya untuk melindungi janin," jelasnya.(san/R-2)
Sejumlah Cara Meringankan Morning Sickness
Pengobatan yang diberikan untuk morning sickness atau hyperemesis gravidarum bisa dengan memberikan suntikan antikoagulan heparin untuk memberikan perlindungan terhadap pembekuan darah yang dipicu
dehidrasi, suplementasi vitamin B, serta infus salin intravena.
Jika ibu hamil mendapatkan penanganan yang tepat hingga kondisinya stabil, maka risiko kesehatan yang mungkin dialami bayi dan ibu hamil akan semakin kecil. Selain itu ada beberapa cara untuk meringankan morning sickness yang dilansir dari Goodtoknow berikut ini.
1. Makanlah dalam jumlah kecil, namun sering.
2. Minumlah cukup air mineral atau jus, dan hindari meminum minuman yang mudah membuat Anda merasa dehidrasi, seperti kopi atau alkohol.
3. Jangan tunda rasa lapar. Kalau malam hari Anda merasa lapar, makanlah biskuit atau kue kecil untuk camilan. Ingat, ibu hamil tidak disarankan berdiet. Jadi selama hamil, Anda tidak perlu takut ngemildi malam hari jika lapar.
4. Cukup beristirahat akan membuat stamina tubuh Anda terjaga, dan otomatis akan menekan perasaan mual.
5. Konsumsilah suplemen vitamin B6 dan B12, karena baik untuk menjaga kesehatan tubuh ibu hamil.
6. Udara segar akan membuat Anda merasa lebih baik, jadi disaat waktu luang atau akhir pekan, sebaiknya pergilah ke tempat-tempat yang berudara sejuk untuk membuat Anda lebih santai. (san/R-2)